Dalamteori ini tidak ada urutan-urutan yang teratur dari zona-zona kota seperti halnya pada teori konsentris dan sektoral. 21. Teori Konsektoral (Tipe Eropa) Teori konsektoral tipe Eropa dikemukakan oleh Peter Mann pada tahun 1965 dengan mengambil lokasi penelitian di Inggris. Teori ini mencoba menggabungkan teori konsentris dan sektoral
perkembanganteori struktur kota di dunia. Teori struktur kota yang dipakai dalam skripsi cenderung teori struktur kota klasik, seperti teori konsentris, teori sektor, dan teori inti berganda. Sedangkan penggunaan teori struktur kota yang relatif baru, seperti Urban Sprawl, Edge City,dan Compact City belum terlihat.
Polaruang kota adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budi daya terjadi pembagian wilayah pada suatu kota. Pola keruangan kota terbagi atas tiga teori yaitu teori konsentris, teori sektoral, dan teori Inti ganda.. a. Teori Konsentris. Pada teori konsentris, perkotaan berkembang secara konsentris atau melingkar yang
Fast Money. Teori konsentris – Sadarkah engkau ketika melihat pada sebuah maps maupun pemandangan dari atas, terserah ii kabupaten-kota di bumi yang memiliki rupa pola yang selevel dan ada kembali nan berbeda. Ada kota nan penuh dengan bangunan industrial serta ada juga kota nan sebagian ki akbar yakni bangunan pemukiman. Kok begitu? Dalam sebuah wilayah kecil sebagaimana kota tambahan pula wilayah besar seperti sebuah negara, gedung dan rumah-kondominium didirikan berlandaskan sebuah pola strategis yang konsisten dan terstruktur. Bukan sekedar mengejar lahan yang kosong sekadar. Setiap pembangunan dilakukan bersendikan tata kota yang bisa jadi berbeda pada setiap negara. Itulah mengapa ketika kita melalui kawasan pemerintahan, area pendidikan sebagian besar bangunan sekolah satu dengan lainnya memiliki jarak yang dekat. Situasi tersebut juga lain abolisi dari peran sebuah tata ii kabupaten nan mengatur struktur pembangunan pada sebuah daerah. Dalam neraca yang lebih samudra, sebuah negara sekali lagi dibangun dengan penataan yang ki ajek dan adanya penjatahan zona wilayah untuk perkotaan, industri, pemukiman dan lainnya. Lalu bagaimana sebuah pengelolaan kota mengeset pembangunan serta pengalokasian wilayahnya? Mempelajari Pengelolaan Ruang Kota Pengertian Tata Ulas Daerah tingkat Manfaat Tata Ruang Daerah tingkat Memahami Teori Perencanaan Tata Ruang Daerah tingkat Teori Konsentris Pendistribusian Kawasan Dalam Teori Konsentris Ciri Teori Konsentris Tahap Penataan Kota Berlandaskan Teori Konsentris Initial Stage Secondary Stage Climax Stage Siasat Tentang Penataan Daerah tingkat Mempelajari Pengelolaan Ruang Daerah tingkat Mengapa terserah beberapa provinsi kumuh plong sebuah kota? Kenapa pemukiman berlimpah kebanyakan makin hampir dengan kawasan tepian dari pada sosi kota? Kamu mungkin rangkaian bertanya-tanya demikian ketika mendaras peta atau mempelajari geografi satu wilayah. Jawabannya adalah mungkin kota yang kamu maksud menirukan sebuah pola tata ruang kota. Lantas, apa sih sepatutnya ada tata ira kota itu? Signifikansi Tata Urat kayu Kota Tata ira kota adalah sebuah pola nan digunakan makanya pemerintah bikin melakukan penataan pembangunan plong sebuah kota kendati terorganisasi dengan baik. Adanya penataan ruang kota ini supaya bisa mewujudkan wilayah perkotaan nan strategis, nyaman dan mulia. Sehingga sarana dan prasarana dapat difungsikan secara maksimal maka dari itu para penduduk kota. Makin berbunga itu adanya pengelolaan kota juga memungkinkan distribusi yang baik dan cepat dalam peristiwa kebersihan, kebutuhan produk dan perbaikan atau perawatan secara berkala. Ibarat belajar fisika tata pangsa kota adalah rumusnya, mudahmudahan pemerintah tidak keseleo gelanggang ketika mengerjakan pembangunan. Misalnya pada sebuah program perencanaan pembangunan tahunan tentu adalah sebuah proyek osean nan tak boleh meleset sedikitpun dari ancangan. Maka adanya penataan pangsa kota akan tinggal membantu mereka mendirikan konstruksi yang sesuai dengan arena dan fungsinya. Coba bayangkan, apabila sebuah kota bukan memiliki komplet penataan intern perencanaan pembangunan. Maka yang terjadi merupakan kemacetan dimana-mana, tidak hanya jalanan nan tertentang penuh sesak namun gedung kembali banyak mengalir perlahan-lahan di tempat-panggung tidak strategis, sehingga membentuk semuanya tampak cerai-berai. Misalnya sebuah mall yang harusnya berada di wilayah kota dan industri perkantoran, tapi dibangun di dekat pedesaan ataupun pinggiran. Maka yang mungkin terjadi yaitu mall tersebut tidak akan gempita tamu. Sebab pusat beli awam pedesaan yang sedikit membuat penduduk seputar lebih gemar membeli-beli di pasar. Oleh karena itu, penataan sebuah kota memiliki peranan penting untuk menciptakan menjadikan kota yang nyaman, sani dan taktis. Selain itu ada pula sejumlah manfaat bukan dengan adanya tata ruang ini. Manfaat Tata Ruang Kota Melewati penataan dan pengelolaan kota, sebuah area bisa dimanfaatkan secara maksimal keadaan ini juga memungkinkan adanya pengembangan puas sebuah wilayah di kota. Misalnya pada daerah pabrik yang jauh dari pemukiman gemuk memaksimalkan produksi mereka sebab tidak prosesnya tidak mengganggu penduduk setempat. Ada juga sebuah negeri pedesaan yang banyak menghasilkan biji kemaluan-buahan boleh menjadi desa wisata dan mengembangan potensi desa ataupun penduduk setempat. Selain itu, adanya penataan pangsa ini juga berfungsi bagi pemerataan pembangunan yang setinggi pada seluruh wilayah di kota, memudahkan perencanaan pembangunan serta melicinkan rencana lokasi untuk pemodalan di seluruh daerah kabupaten dan daerah tingkat. Dengan adanya model pengaruh dan pengelolaan ruang ii kabupaten yang baik ini dapat mewujudkan keseimbangan antara wilayah kabupaten dan kota sehingga seimbang dan semakin potensial. Jika kita melalui beberapa ajang di sebuah kota yang mempunyai jalur yang baik, rindang dan hijau karena adanya pepohonan, lampu-lampu jalan yang tersusun rapi, tambahan pula trotoar nan sepan cak bagi pejalan kaki. Semuanya tidak terlepas berasal peranan sistem penataan ii kabupaten ini. sehingga ketika bepergian kamu bisa mengintai bahwa segalanya tersusun rapi dan ekuivalen. Hal ini tentu menjadi pemandangan yang nyaman bagi siapapun yang melewatinya. Alih-alih bikin sekedar keanggunan, sistem penyelenggaraan ruang ini menjadi begitu terdepan kerjakan efektifitas penduduk ii kabupaten. Kronologi menjadi tidak macet, tidak suka-suka warung kaki lima yang tersebar semrawut’ dan masih banyak kepentingan lainnya yang lagi dipaparkan intern taktik mengenai penataan kota berikut. Mengeset Ii kabupaten Melalui Bagan Detail Manajemen Pangsa M. Arszandi Pratama, Dkk Kalau kamu mematamatai pemandangan kota-kota di negara bertamadun, suka-suka satu pertukaran mencolok dengan kota di Indonesia, penataannya. Kota-kota di negara maju sudah jauh kian tinggal memiliki sistem penataan pangsa kota yang politis dan konsisten. Tentu Indonesia seumpama negara gugusan pulau pula mempunyai obstruksi bermula bentuk topografi alamnya, cuma melampaui buku ini kamu bisa mempelajari cara penataan kota layaknya negara maju. Sebab, terserah banyak ii kabupaten di Indonesia yang sedemikian itu potensial kerjakan takhlik pengelolaan ii kabupaten strategis. Memahami Teori Perencanaan Manajemen Ruang Ii kabupaten Seperti yang mutakadim disampaikan, bahwa adanya tata pangsa ii kabupaten ini seperti sebuah rumus bagi pemerintah perencanaan cak bagi mengeset, mengelola dan menghasilkan daerah tingkat yang baik. Maka kehadirannya tidak lekang bermula sebuah teori-teori yang adv minim banyak mempengaruhi sistem penataannya. Salah suatu teori nan terkenal adalah teori konsentris yang menjadi sebuah acuan banyak negara dalam merumuskan cara penataan kota. Teori Konsentris Teori konsentris merupakan sebuah teori pencatuan wilayah yang mana dimulai pecah pusat perkotaan hingga perbatasan yang membentuk sebuah komplet lingkaran atau seperti sebuah gelang. Teori konsentris pertama dicetuskan oleh Ernest W. Burgess nan berprofesi sebagai sendiri ahli sosiologi bawah Amerika Persekutuan dagang. Burgess sebelum menemukan teori tersebut sudah berbuat penelitian terhadap perkembangan daerah tingkat Chicago pada 1920. Menurutnya ii kabupaten tersebut sudah berkembang pesat hingga sreg zona pinggiran nan membentuk sebuah pola-pola. Contoh ini seperti sebuah ikatan lingkaran dimana bagian tengah lingkaran yakni pusat daerah tingkat. Berdasarkan teori konsentris kepunyaan Burgess, sebuah kota terbagi dalam lima kawasan yang mengeliling seperti sebuah lingkaran. Bilang komplet daerah tingkat lian yang sekali lagi menerapkan penataan ruang kota dengan teori konsentris ini adalah London, Kalkuta dan Adelaide. Di Indonesia sendiri rumpil bakal melakukan penataan kota dengan teori konsentris ini sebab topografi tanah yang tidak buruk perut rata. Kondisi pan-ji-panji kita yang telah sejak dahulu mumbung dengan n baruh rendah, dataran strata, gunung, hutan dan lebih lagi terpisahkan laut atau selat menyebabkan kurang memungkinkannya penerapan konsentris ini. Pembagian Negeri Intern Teori Konsentris Jika digambarkan pada sebuah kertas, teori konsentris ini berbentuk seperti kalangan didalam lingkaran yang tersusun privat 5 bagian. Dimana babak terkecil berada ditengah-paruh sebagai pusatnya, dan putaran terbesar berada di sisi paling luar. Sesuai yang nikah digambarkan Ernest W. Burgess, konsentris mengacu pembagian zona atau kawasan di 5 daerah berbeda. Berikut detail penjelasannya bersendikan model. Daerah 1 merupakan Central Business District Pada zona alias distrik ini merupakan area pusat cak bagi kegiatan, yang meliputi segala kegiatan politik, ekonomi, sosial hingga budaya. Semuanya terjadi internal wilayah ini. Maka sreg kawasan satu ini akan ada banyak konstruksi perkantoran, mall, perbelanjaan dan lainnya. Sehingga mungkin kawasan pusat ini akan begitu sibuk seperti kota metropolitan yang bukan rangkaian tidur dan ramai. Kawasan 2 merupakan Zona Peralihan Sehabis keluar dari area menggandar, akan suka-suka kawasan dimana rata-rata merupakan jalan besar, tol, jembatan nan sebagian lautan pemukim sekitarnya ialah orang-makhluk yang tuna wisma. Kawasan 3 yakni Working Men’s Homes atau distrik Pemukiman Pekerja Di kawasan ini sebagian besar orang yang tinggal atau menempati adalah para pekerja. Lazimnya cucu adam yang bekerja akan membidik memilih tempat dahulu yang tidak jauh dari mileu kerja mereka. Biaya hidup cak bagi tinggal di area ini pula condong jauh lebih miring daripada pemukiman elit. Ini kembali dipengaruhi oleh gaji dan pemasukan para pekerja tersebut setiap bulannya. Kawasan 4 ialah Better Residence ataupun Pemukiman Yang Kian Baik Orang-insan yang berada di provinsi ini memusat n kepunyaan finansial nan sekali lagi lebih baik semenjak warga di kawasan tidak. Jaraknya yang jauh berasal daya hiruk pikuk daerah tingkat membuat provinsi pemukiman disini terasa jauh makin nyaman, tenang dan lugu. Maka bukan heran apabila harga bangunan di area ini sekali lagi jauh lebih mahal. Distrik 5 adalah zona penglaju atau Commuters Privat area paling luar dari model guri, biasanya daerah ini bisa jaadi merupakan area pinggiran atau bisa juga merupakan provinsi perbatasan dengan kota atau area enggak. wilayah marginal seperti tepi pantai, persinggahan dan lainnya apabila daerah tingkat tersebut n kepunyaan pantai, atau bisa juga sebuah daerah yang menjadi batas pergantian dua ii kabupaten sama dengan Tangerang dan Depok. Di area 5 ini pada kota dengan kependudukan yang tinggi, pada umumnya n kepunyaan total penduduk minimal padat tinimbang empat provinsi sebelumnya. Situasi ini juga disebabkan karena adanya variasi diversifikasi tiang penghidupan serta radiks para penduduk disana. Ciri Teori Konsentris Apabila sebuah kota dibangun berdasarkan teori konsentris maka kita dapat mengintai sebuah ciri yang sangat kali terjadi pada penempatan teori ini dalam jangka strata. Ciri paling segara adalah di n domestik daerah pusat bisnis, ada kemungkinan terjadinya perluasan zona yang disebabkan Invasi. Jika sebuah daerah tingkat memiliki kemajuan ekonomi yang pesat lain mengerudungi kemungkinan adanya pelebaran kawasan pusat komersial ini kearah asing sehingga membuat daerah perlintasan menjadi semakin sempit. Ini juga memungkinkan adanya kesenjangan tidak seperti timbulnya pemukiman kumuh di antara provinsi siasat. Hal tersebut boleh jadi terjadi karena semakin tingginya ekonomi di sentral takhlik harga tanah dan jenggala menjadi semakin mahal, sehingga akan cak semau penduduk-pemukim di kawasan peralihan yang semakin cacat mampu dan tinggal di ruang ii kabupaten yang kotor. Tahap Penataan Kota Berlandaskan Teori Konsentris Dalam proses perwujudannya, sebuah kota atau daerah dapat memberlakukan penataan ruang kota menggunakan teori konsentris, membutuhkan waktu yang lama serta secara bertahap. Bayangkan cuma apabila kamu menata seluruh ruang dalam rumah saja membutuhkan waktu dan dilakukan secara ajek. Apabila tidak mungkin wujud penataan tersebut tidak akan terjadi sesuai harapan sebab masih ada satu atau dua hal yang terlewat. Kalaupun bisa orang nan melakukannya akan begitu payah. Sedemikian itu pula dengan sebuah ii kabupaten, adanya kota yang nyaman, rapi dan strategis juga merupakan proyek paser panjang dimana pengerjaannya harus kurang demi adv minim. Namun upaya tersebut bisa jadi akan menjadi lebih mudah dan ringan apabila adanya kontribusi berpunca banyak pihak sekali lagi. Singkatnya ada sejumlah tahapan yang diperlukan lakukan mewujudkan teori konstris ini n domestik sebuah daerah. N domestik membangun sebuah provinsi supaya dapat terintegrasi yang mana di tahap semula akan adanya kemunculan kawasan 1 disebabkan oleh adanya dominasi, Invasi, dan konsekusi. Detik istilah ekologis ini kembali sayang disebut-sebut makanya Burgess selama pemaparannya adapun teori konsentris. Menurut Mckenzie seorang ekologis yang juga mendukung teori ini menyatakan bahwa adanya tata kota konsentris sebagian samudra dipengaruhi oleh Invasi yang terbagi pada tiga tahap. Initial Stage Yakni permulaan dimana ada beberapa hal boncel yang memicu terjadinya ekspansi kewedanan. Plong rata-rata ini ditandai dengan adanya suatu kelompok sosial yang memperluas pengembangan geografisnya. Secondary Stage Dalam tahap lanjutan ini kemungkinan akan tiba muncul evakuasi, asimilasi dan seleksi kelompok masyarakat. Umumnya pada kelompok masyarakat tersebut melakukan ekspansi Climax Stage Apabila sudah berada di wilayah bau kencur maka akan unjuk adanya sebuah suksesi sebagai tahap klimaks. Dengan adanya tiga tahap tersebut maka jelas sebuah penataan kota terbentuk secara perlahan-lahan dengan adanya invasi tersebut. Di Indonesia sendiri meskipun masih runyam cak bagi melakukan penerapan teori konsentris ini hanya tidak menutup probabilitas adanya sejumlah perubahan sistem dalam pengelolaan ruang kota selama solusi tersebut lebih baik. Penataan kota ini boleh berjalan dengan baik apabila semua aspek mulai dari pemerintah sampai penduduknya turut serta membantu menjalankan proses penataan kendati bisa berjalan dengan baik dan lancar. Buku Tentang Penataan Kota Tidak hanya sebuah kota saja, lebih-lebih sebuah desa pun memungkinkan memiliki pola penataan biar bertambah indah dan nyaman. Selain teori konsentris ini, sebenarnya masih ada sistem penataan daerah tingkat nan sayang digunakan merupakan dengan sistem sektoral dan inti ganda. Namun apapun teorinya penataan kota ini tidak tanggal semenjak perencanaan pembangunan konstruksi, peletakan yojana atau rimba dan kembali perkiraan kempang transportasi. Semuanya dijelaskan kerumahtanggaan beberapa pokok berikut. Model Perencanaan Hutan Kota Contoh Perencanaan Vegetasi Rimba Kota Mppm Membicarakan sebuah ii kabupaten nan asri dan nyaman tentu lain jauh dari hutan dan taman yang mulai banyak diwujudkan sreg banyak daerah tingkat di Indonesia. Maka melalui buku ini anda boleh memaklumi bagaimana sistem vegetasi untuk hutan di sebuah kota. Penasaran? Dapatkan bukunya yuk! Bagi sira yang bisa jadi mengambil jurusan seperti teknik lingkungan maupun pekerjaan lain nan sedikit banyak berhubungan dengan tata kota, kamu juga bisa mendaras beberapa literasi yang membahas mengenai sistem penataan lega sebuah kota. Berikut ini sejumlah referensi buku yang barangkali dapat membantu anda mempelajari kian banyak tentang penyelenggaraan ruang kota. Tapak Penataan Daerah Bogor Riwayat Kota-Tapak Penataan Wilayah Bogor Litbang Kompas Seni taman Berada Perkotaan Seni taman Produktif Perkotaan SITI NURUL ROFIQO IRWAN Transformasi Ruang Kota Mencari Kesamarataan Sosial-Ekologis Prisma Edisi Konversi Ira Kota Mengejar Keadilan Sosial-Ekologis Tim Prisma Buletin Dengan mempelajari tata ruang daerah tingkat kamu dapat mengenali dan memperkirakan seperti mana apa tata ruang nan ada di ii kabupaten kamu. beberapa kota di Indonesia sama dengan Bogor juga memiliki riwayat penataan kotanya. Seiring berjalannya waktu ira kota semakin berkembang dan kepadatan penduduk kembali akan meningkat. Sehingga kerap ada probabilitas adanya perubahan sistem perencanaan pembangunan. Jika kamu tertarik, kamu bisa mendapatkan buku lainnya sebagai referensi di Gramedia. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital tahun kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir buat memudahkan dalam mencampuri persuratan digital Anda. Klien B2B Bibliotek digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah.” Custom log Akses ke ribuan buku bermula penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol taman pustaka Anda Tersedia dalam tribune Android dan IOS Tersuguh fitur admin dashboard bakal melihat laporan kajian Butir-butir statistik lengkap Aplikasi lega dada, praktis, dan efisien
- Pengertian kota yang selama ini sering dipakai di Indonesia adalah suatu tempat konsentrasi penduduk, yang lebih padat daripada wilayah di sekitarnya, karena terjadi pemusatan kegiatan fungsional yang terkait dengan aktivitas atau kegiatan penduduknya. Dalam rumusan lain yang kerap pula digunakan di Indonesia, mengutip Modul Perencanaan Kota terbitan UT, kota didefinisikan sebagai wilayah permukiman berpenduduk relatif besar, luas areal terbatas, pada umumnya bersifat nonagraris, kepadatan populasinya relatif tinggi, serta menjadi tempat sekelompok orang yang bertempat tinggal di kawasan geografis tertentu yang cenderung memiliki pola hubungan rasional, ekonomis dan individualistis. Adapun merujuk Kamus Pengembangan Wilayah terbitan Kementerian PUPR 2016, pengertian kota ialah daerah pemusatan penduduk, dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern, dan sebagian besar masyarakatnya bekerja di luar pertanian, sekaligus cenderung berpola hubungan rasional, ekonomis, dan individualistis. Menurut sumber yang sama, definisi istilah lain yang menunjukkan kawasan kota, yakni perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi. Selama ini, ada perbedaan pendapat di kalangan para ahli mengenai definisi kota city serta perkotaan urban. Dua kata itu sering "dipertentangkan" dengan istilah desa village dan perdesaan rural.Muhammad Nuh dan Suhartono Winoto dalam buku Kebijakan Pembangunan Perkotaan 20177 menulis, apabila dikelompokkan, beragam rumusan pengertian kota bisa dibedakan menjadi 2. Pertama, kota dilihat dari definisi umum sebagai suatu daerah terbangun yang didominasi oleh penggunaan lahan untuk kegiatan non-pertanian, dengan jumlah penduduk serta intensitas pemakaian tanah yang tinggi. Definisi ini menekankan fungsi kota untuk kegiatan non-pertanian, permukiman banyak penduduk, dan pemusatan aktivitas ekonomi maupun pelayanan jasa. Kedua, definisi kota dikaitkan secara khusus dengan administrasi pemerintahan. Dalam definisi ini, kota dimaknai sebagai bentuk pemerintahan daerah yang meyoritas wilayahnya merupakan kawasan perkotaan. Definisi pertama lebih sering digunakan dalam studi geografi maupun perencanaan kota. Sebab, rumusan tersebut lebih jelas dalam membedakan mana wilayah yang disebut kota dan bukan, atau desa. Kota menjadi obyek kajian penting dalam ilmu geografi karena wilayah ini bisa berkembang secara cepat dan juga berkaitan erat dengan kehidupan banyak orang yang menghuninya. Salah satu yang dikaji dalam geografi adalah pola keruangan kota. Macam-macam Pola Keruangan Kota Kota pada umumnya bukanlah wilayah yang benar-benar sudah menjadi kawasan perkotaan sejak awal dibangun. Biasanya, wilayah kota semula berupa kawasan perdesaan yang kemudian berkembang secara bertahap menjadi makin ramai, padat penduduk dan tambah lengkap fasilitasnya, serta akhirnya berubah rupa sebagai perkotaan. Merujuk publikasi LPPM UNY 2012 bertajuk "Pola Keruangan Desa dan Kota," keberadaan berbagai fasilitas dan beragam aktivitas di perkotaan kemudian bisa membentuk struktur ruang kota yang khas. Struktur ruang kota itu berbeda dari yang ada di desa, dan juga bisa tidak sama antar-kota. Baca juga Klasifikasi Desa Berdasarkan Ekonomi, Letak Geografis, & Permukiman Pengertian Desa & Klasifikasi Desa Swadaya, Swasembada, Swakarya Struktur ruang kota merujuk pada semua yang ada di sebuah kota, baik bentang alam bukit, gunung, sungai dan lain sebagainya maupun yang dibangun manusia gedung, permukiman, fasilitas industri, saranan transportasi di permukaan ruang kota biasanya memiliki bentuk dan pola tertentu sesuai dengan perkembangan masing-masing dari setiap kawasan perkotaan. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, kota-kota pada umumnya dibangun dengan pusat yang terdiri atas alun-alun, masjid agung, kantor pemerintahan, pusat pertokoan, pasar besar, dan rumah sakit. Hal ini tentu tidak ditemukan di negara-negara lain, atau sebagian kota di luar Jawa. Pola keruangan kota juga bisa menunjukkan skema perkembangan wilayahnya. Dari segi perkembangan wilayah kota, mengutip modul Geografi XII KD dan 2020 terbitan Kemdibud, setidaknya ada 4 pola yang sering kali terjadi. Keempat pola perkembangan ruang kota tersebut adalah sebagai berikut1. Pola sentralisasi, yakni pola yang terjadi ketika persebaran kegiatan di kota cenderung mengelompok pada satu wilayah utama. 2. Pola desentralisasi, yakni pola yang terjadi saat persebaran kegiatan di kota cenderung menjauhi pusat atau inti wilayah utama. 3. Pola nukleasi, yaitu pola yang terjadi menyerupai pola sentralisasi, tapi skala ukurannya lebih kecil. Dalam pola nukleasi, inti kegiatan kota masih berada di wilayah Pola segresi, yakni pola yang ditandai dengan persebaran kegiatan kota terpisah-pisah berdasarkan pada situasi sosial, ekonomi, budaya, dan lain keruangan kota juga bisa dianalisis dengan berbagai macam teori atau pendekatan. Setidaknya terdapat 4 teori struktur kota, yakni teori konsentris, teori inti ganda, teori sektoral, dan teori ketinggian bangunan. Berikut ini penjelasannya. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Konsentris Teori konsentris dikembangkan Ernest Watson Burgess 1886-1966, seorang sosiolog dari Amerika Serikat yang mendalami pula kajian perkembangan kota. Teori konsentris lahir dari studi yang dilakukan oleh Burgess terhadap ruang kota Chicago, AS. Dalam teori konsentris, kawasan sebuah kota bisa berkembang dan menunjukkan pola penggunaan lahan yang konsentris. Menurut Burgess, suatu kota akan berkembang membentuk lima zona konsentris. Setiap zona yang muncul akan mencerminkan pola penggunaan lahan tertentu. Adapun perincian 5 zona kota menurut teori konsentris adalah sebagai berikut1. Daerah pusat kegiatan central business district Zona ini adalah pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Karena itu, di zona ini, ada banyak fasilitas utama untuk kegiatan sosial, ekonomi, politik, hingga budaya. Jaringan transportasi kota juga memusat ke zona ini. Akibatnya, zona pusat kegiatan juga memiliki aksesibilitas yang di zona pusat kegiatan, terdapat gedung-gedung pemerintahan, pusat pertokoan besar, bangunan perkantoran yang bertingkat gedung pencakar langit, bank, hotel, restoran, stasiun, dan lain sebagainya. 2. Zona peralihan transition zone Zona ini banyak dihuni oleh golongan penduduk berpenghasilan rendah dan para migran yang datang atau belum lama melakukan urbanisasi dari desa. Maka itu, zona ini berkembang menjadi kawasan sesak dan perdagangan dan industri di Zona Pusat Kegiatan yang terus meningkat mendorong permukiman murah bergeser ke area zona kedua ini. Zona ini pun mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman yang terus-menerus. Karena itu, di zona kedua ini, kerap muncul daerah permukiman kumuh slums area, dan banyak dari penduduknya juga miskin. 3. Daerah tempat tinggal para pekerja zones of working men’s home Perumahan di zone ketiga ini umumnya lebih baik serta sudah teratur. Mayoritas penghuni zona ketiga ini adalah bekas penghuni zona kedua yang berprofesi sebagai pekerja pabrik, karyawan, dan lain permukiman pekerja berpenghasilan rendah di zona ketiga ini ditandai dengan banyaknya rumah-rumah kecil maupun rumah susun sederhana yang dihuni keluarga besar. Kondisi permukiman di zona ketiga lebih baik dibandingkan dengan zona kedua, meski mayoritas penduduknya masuk kategori menengah ke bawah. 4. Daerah tempat tinggal kelas menengah zone of middle class dwellers Kawasan ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari pekerja profesional, pemilik usaha, pengusaha, pegawai berpenghasilan menengah ke atas, dan sejenisnya. Perumahan penduduk di zona ini berupa rumah-rumah pribadi yang lumayan besar dan tertata rapi. Biasanya, ada pusat pertokoan kecil untuk memenuhi kebutuhan warga yang ada di zona keempat status ekonomi penduduknya sudah di level menengah-atas, kompleks perumahan di zona keempat ini sudah dibuat dengan perencanaan yang baik, teratur, nyaman dan memiliki fasilitas memadai. 5. Daerah tempat tinggal para penglaju zone of commutersZona kelima ini berupa kawasan yang sudah memasuki daerah belakang kota hinterland, atau batas desa-kota. Penduduk yang bekerja di kota tetapi bertempat tinggal di pinggiran kota merupakan penghuni zona ini. Zona kelima ini merupakan bagian terluar dari kota dan merupakan kawasan perumahan mewah. Pada lapisan ini hanya ditempati oleh mereka yang mempunyai kendaraan pribadi sehingga dapat pulang-pergi ke tempat kerja di pusat kota. Zona ini berkembang sebagai kawasan yang memicu tumbuhnya kota-kota satelit. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Inti Ganda Harris-Ullman Teori inti ganda dikembangkan pertama kali ole Harris dan Ullmann 1945. Mereka beranggapan bahwa struktur ruang kota tidak tumbuh dalam ekspresi keruangan yang memiliki satu pusat kegiatan. Namun, terbentuk secara terus-menerus sehingga muncul beberapa pusat kegiatan baru di kota yang saling terpisah. Menurut teori inti ganda, struktur ruang kota tidak memiliki urutan yang teratur. Jadi, tidak seperti teori konsentris yang menganggap struktur ruang kota sudah tertata rapi. Teori inti ganda menganggap sangat mungkin tercipta sejumlah titik pusat pertumbuhan baru di suatu itu, teori inti ganda menganggap ada beberapa inti kota dalam suatu wilayah perkotaan. Misalnya komplekspusat pemerintahan, pelabuhan, kompleks kegiatan ekonomi pasar dan mall, dan lain sebagainya, yang muncul tidak di satu area yang yang disebut sebagai inti kota core of city adalah CBD Central Business Districts yang menjadi tempat atau wilayah pusat berbagai kegiatan, termasuk aktivitas ekonomi, pemerintahan, pendidikan, dan ruang kota menurut teori inti ganda adalah sebagai berikut Pusat kota atau CBD Kawasan niaga dan industri ringan Kawasan murbawisma atau permukiman kualitas rendah Kawasan madyawisma atau permukiman kualitas sedang Kawasan adiwisma atau tempat tingga kualitas tinggi Pusat industri berat Pusat niaga atau perbelanjaan lain di pinggir kota Upakota Sub-urban untuk kawasan madyawisma dan adiwisma Upakota Sub-urban untuk kawasan industri. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Sektoral Teori sektor atau sektoral dikemukakan oleh Homer Hoyt, seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat yang populer sebagai perintis kajian perencanaan, penggunaan lahan, serta zonasi teori sektoral, struktur ruang kota bisa berkembang karena ada sektor-sektor yang membentuk sejumlah lingkaran konsentris. DPK atau CBD memang masih berada di pusat kota, tapi bagian-bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue tart. Perkembangan seperti ini bisa terjadi karena ada pengaruh faktor geografis alami maupun buatan, seperti bentuk lahan, pengembangan jalan, serta penyediaan sarana komunikasi dan transportasi. Teori sektor membagi wilayah kota menjadi lima bagian, yaitu sebagai berikut 1. Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan, dan Zona wholesale light manufacturing yang terdiri atas industri kecil dan Zona permukiman kelas rendah yang menjadi tempat tinggal pekerja industri di kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas menengah yang ditinggali oleh penduduk kota dengan penghasilan Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan kelas atas di kota. Struktur Keruangan Kota Menurut Teori Ketinggian Bangunan Teori ketinggian bangunan dikembangkan oleh Bergell 1955. Bergell berpendapat bahwa ketinggian bangunan di wilayah kota perlu diperhatikan untuk menganalisis struktur keruangannya. Variabel ketinggian bangunan perlu menjadi perhatian di kota-kota negara maju, karena terkait dengan hak setiap warga kota mendapatkan kehidupan yang nyaman. Teori ini berkaitan dengan pengaturan ketinggian bangunan dengan penggunaan lahan. Hal ini berguna mencegah kesemerawutan tata ruang kota. - Pendidikan Penulis Addi M IdhomEditor Iswara N Raditya
Tempat tinggal manusia umumnya terbagi menjadi dua macam permukiman, yakni desa dan kota. Di artikel Geografi kelas 12 ini, mari kita pelajari tentang pola keruangan kota! — Halo, teman-teman! Apa yang pertama kali ada di benakmu ketika mendengar sebutan “kota”. Apakah kamu membayangkan gedung-gedung pencakar langit, suasana ramai, dan sibuk, serta segala sesuatu yang teknologinya maju? Jika iya, maka apa yang kamu bayangkan cukup akurat, nih! Selain hal-hal tersebut, ada banyak cara dan istilah untuk menjelaskan apa itu kota, termasuk pola keruangan kota itu sendiri yang kita pelajari dalam pelajaran Geografi. Nah, sudah siap buat belajar hari ini? Yuk, simak terus, ya! Pengertian Kota Apa itu kota? Kota adalah suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial-ekonomi yang heterogen, dan kehidupan materialistis. Kota juga dijelaskan oleh seorang arsitek dari Polandia bernama Amos Rapoport, sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat, dan permanen yang terdiri dari kelompok individu-individu heterogen dari segi sosial. Selain dari pendapat ahli, Pemerintah Indonesia juga menjelaskan mengenai kota dalam Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Kota dijelaskan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan, dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Baca juga Macam-Macam Perencanaan Tata Ruang dan Tujuannya Ciri-Ciri Kota Berbicara tentang segala sesuatu yang membedakan kota dengan wilayah lainnya, Kota juga memiliki ciri-ciri khusus, nih. Sama seperti desa, ada dua kategori besar untuk mengidentifikasi suatu wilayah sebagai kota, yakni ciri fisik dan ciri sosial. Ciri Fisik Kota Ciri fisik kota dapat dilihat dari fasilitas yang lazim ditemui di wilayahnya. Fasilitas tersebut berupa sarana yang menunjang kehidupan penduduknya. Beberapa contohnya, yakni Tempat parkirSebagai sarana penunjang mobilitas penduduk yang memiliki alat transportasi pribadi. Pusat keramaianSebagai lokasi atau ruang bagi berkumpulnya warga-warga di kota. Tempat ini menjadi pusat kegiatan sosial atau acara baik formal maupun nonformal. Contohnya seperti alun-alun, mall, dan beberapa tempat unik untuk berkunjung Sarana olahraga atau lapangan yang luasTempat ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat untuk beraktivitas fisik maupun mengadakan acara besar yang membutuhkan ruang yang bisa menampung banyak orang. Pasar indukUntuk menunjang kehidupan masyarakat kota mendapatkan bahan pangan atau kebutuhan rumah tangga mereka. Tapi tentu saja satu hal yang harus diingat, seiring dengan kemajuan dan perkembangan zaman, bisa jadi di masa depan, ciri-ciri kota bisa bertambah, atau justru malah berkurang. Ciri Sosial Kota Kemudian, kita bahas tentang ciri sosial kota. Jika ciri fisiknya menyangkut tentang fasilitas, ciri sosial berkaitan dengan nilai dan pelapisan sosial yang dianut masyarakat di perkotaan. Ciri sosial pada umumnya dilihat dari hal-hal sebagai berikut Jenis pekerjaan yang dijalaniDi kota, cukup banyak dan beragam bidang pekerjaan, mulai dari pegawai kantor, aparatur sipil, dosen, dan peneliti, hingga pedagang serta pekerja serabutan. Pekerjaan yang memiliki kestabilan dan menentukan hajat hidup orang banyak biasanya akan mendapatkan tingkat sosial lebih tinggi dibanding yang lainnya. Tingkat pendapatanMakin tinggi pendapatan seseorang, maka akan tinggi pula strata sosial yang mereka miliki. Kepemilikan barang-barang yang unik dan mahalHal ini juga menjadi tolok ukur yang menentukan lapisan sosial di kota. Kepemilikan benda yang dinilai unik dan tidak dimiliki orang banyak, karena faktor harga dan nilai yang tidak bisa dijangkau banyak orang, akan menentukan kasta sosial tertentu bagi pemiliknya. Sistem kekerabatanSistem ini berlandaskan pada kepentingan atau patembayan, yang berarti antar individu memiliki ikatan sosial yang lemah, tidak saling mengenal orang di lingkungannya, nilai, norma, dan sikap menjadi kurang berperan dalam berinteraksi. Mobilitas tinggiMasyarakat kota terkenal dengan kesibukan dan frekuensi berpindah tempat yang tinggi. Salah satunya karena struktur pola keruangan kota yang padat, membuat masyarakatnya aktif bepergian dari rumah menuju tempat lokasi kerja Cara berpikir rasionalOrang yang hidup di kota akan jauh lebih realistis dan berpandangan rasional, terlebih pada ekonomi. Maka dari itu, tak bisa dipungkiri bahwa tingkat penghasilan dan gaya hidup yang mewah menjadi sesuatu yang dikejar bagi penduduk kota. Nah, itu tadi beberapa ciri-ciri kota yang ditinjau dari bermacam aspek. Selanjutnya, kita akan membahas kota dari sisi pola keruangannya. Tetap semangat, kan? Yuk terus simak ya! Baca juga Mempelajari Pola Keruangan Desa dan Ciri-Cirinya Teori Pola Keruangan Kota Kita bisa mempelajari konsep keruangan kota melalui beberapa teori tentang struktur keruangannya. Setiap kota mempunyai keunikannya masing-masing, tergantung pada sektor utama yang menggerakkan aktivitas di kota tersebut. Ada kota yang terkenal kuat dalam bidang industri, ada yang unggul dalam bidang ekonomi kreatif, atau kuat dalam bidang pengolahan sumber dayanya. Semua itu kembali lagi dari faktor fisik, misalnya morfologi dan faktor sosial, seperti integritas dan etos kerja masyarakatnya. Namun, seiring berjalannya waktu, muncul teori-teori yang menjelaskan segala aspek keruangan dan struktur kota. Teori tersebut antara lain 1. Teori Konsentris Ernest Burgess, seorang sosiolog Kanada – Amerika, mengemukakan, teori ini menjelaskan mengenai struktur kota yang berkembang secara teratur, mulai dari bagian inti kota, hingga ke bagian pinggirannya. Dalam teori ini, pola ruang dari suatu kota makin meluas hingga menjauhi titik pusat kota. Zona yang terbentuk akibat pemekaran wilayah mirip sebuah gelang yang melingkar dengan pengelompokan daerah atas 5 zona, yakni Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center Zona 2Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut. Selain itu juga terdapat aktivitas industri pada zona ini. Zona 3Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal ketika menuju zona 1 dan 2 untuk bekerja. Zona 4Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, tetapi perbedaannya ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah. Pekerja kelas menengah yang dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan dan juga pendapatan yang lebih tinggi, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3. Zona 5 Permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Biasanya berisikan orang-orang yang memiliki jabatan serta pendapatan yang sangat tinggi. Zona ini merupakan permukiman dengan alamnya yang masih terbuka dan diselingi suasana perdesaan. 2. Teori Sektoral Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930, teori ini muncul sebagai pertentangan dari teori konsentris sebelumnya, yang menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara teratur, sedangkan teori sektoral menyatakan bahwa struktur keruangan kota tumbuh secara tidak teratur. Pertumbuhan kota tidak hanya dimulai dari bagian inti kota, tetapi dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian menyebar ke sekitarnya. Namun, seperti teori sebelumnya, teori sektoral juga memiliki 5 jenis pengelompokan zona yang sama dengan teori konsentris. Perbedaan yang mendasar terletak pada tingkat perkembangan penduduk di kota, dan juga adanya aksesibilitas berupa jalur transportasi,sehingga membuatnya tumbuh tidak teratur. 3. Teori Inti Ganda Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selanjutnya dua orang ilmuwan geografi, bernama Edward Ullman dan Harris berpendapat bahwa sebuah kota, jauh lebih kompleks dari penggambaran dua teori sebelumnya mengenai kota. Gagasan utama dari teori inti ganda adalah inti atau pusat dari suatu kota tidak hanya berada di pusat atau tengah kota tersebut, tetapi terdapat juga inti lain yang terpisah. Inti-inti tersebut berkembang berdasarkan penggunaan lahannya yang fungsional. Selain itu, segi kekuatan ekonomi juga menjadi dasar pertimbangan. Teori ini yang kemudian disebut sebagai Teori Inti Ganda. Teori inti ganda cukup berbeda dengan teori sebelumnya. Kompleksitas dari teori ini mengelompokkan sembilan zona dari struktur keruangannya, antara lain Zona 1Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District CBD yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan civic center. Zona 2Merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan grosir dan manufaktur ringan. Zona 3Sebagai permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena pekerja kelas bawah umumnya akan memilih tempat tinggal yang mendekati pusat kota untuk meminimalisir biaya transportasi. Zona 4Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat dengan pusat kota, tetapi tata letaknya tidak begitu menjamur seperti daerah permukiman di zona 3 Zona 5Yakni permukiman kelas atas bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota. Zona 6Daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak jauh dari permukiman atau pusat kota, agar tidak mengganggu kenyamanan akibat hasil polusi industri. Zona 7Khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya terbentuk karena ada orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, tetapi tidak ingin melakukannya di pusat kota. Zona 8Yakni permukiman di pinggiran kota suburban Zona 9 Yakni daerah penunjang kota, tetapi terletak di pinggiran kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota suburban Baca juga Faktor dan Zona Interaksi Desa-Kota 4. Teori Poros Kemudian, teori selanjutnya menjelaskan bagaimana jalur transportasi berperan utama dalam memberikan pengaruh pada struktur ruang kota. Teori ini kemudian disebut sebagai teori poros. Teori ini dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1960. Mengapa jalur transportasi berperan utama? Karena mobilitas fungsi dan penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang seragam. Selain itu, daerah yang dilalui transportasi akan mengalami perkembangan fisik yang lebih baik. 5. Teori Historis Kemudian yang terakhir, teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh Alonso pada tahun 1964. Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD Central Business District atau pusat kota karena wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan standar hidup bagi penduduknya. Baca juga Memahami Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Struktur Keruangan Kota Dalam pembahasan mengenai pertumbuhan kota, dapat dilihat dari bermacam sudut pandang untuk menilai bagaimana sebuah kota bertumbuh. Tolok ukur pertumbuhannya dinilai secara numerik dan fisik budaya kota tersebut. 1. Pertumbuhan Kota Numerik Pertumbuhan Kota Numerik menurut handout Geografi Prof. Enok Maryani yakni mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam Handout Geografi Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia UPI Prof. Enok Maryani. Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk Town atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari town yakni kota-kota kecil di kepulauan. Small city, yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah jiwa. Contoh dari small city yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara yang memiliki jumlah penduduk ± jiwa 2020. Medium city yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. NAD yang memiliki ± jiwa 2020. Large city atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang hingga jiwa. Contoh dari large city yakni Kota Banjarmasin di Prov. Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ± jiwa 2018. Metropolis, merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki populasi melebihi jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa Timur yang memiliki penduduk ± jiwa 2017. Megalopolis kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki penduduk kurang lebih jiwa, tetapi jumlahnya tidak melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi sebanyak ±2,87 juta jiwa 2020. Ecumenopolis, kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk di atas 10 juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5 juta jiwa 2018. 2. Pertumbuhan Fisik dan Budaya Tahap Eopolis, tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan kehidupan perdesaan, tetapi sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan, dan perikanan. Tahap Polis, pada tahapan ini, ciri utamanya yakni tumbuhnya pengaruh industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk membuka produksi kecil-kecilan home industry. Tahap Metropolis, setelah tahapan polis mulai menampakkan pertumbuhan, lalu masuk kedalam tahapan metropolis yang dapat dilihat berdasarkan struktur ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan kota satelit atau kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota metropolis. Tahap Megapolis, tak berbeda jauh dengan tahapan metropolis, pada megapolis, dicirikan perilaku penduduknya rata-rata materialistis dan sistem birokrasinya mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks. Tahap Tyranopolis, hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota, ditandai dengan angka kriminalitas yang naik dan kondisi perdagangan yang menurun. Tahap Necropolis, yang berarti tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat Pryp’yat’ di Ukraina, yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada tahun 1986. Ternyata, banyak yang dipelajari dari pola keruangan kota, ya! Menurutmu bagaimana? Masih ingin belajar lebih banyak lagi? Boleh banget! Yuk, cobain download dan belajar bareng Master Teacher di ruangbelajar! Ada fitur konsep kilat yang bisa membantu kamu mempelajari ringkasan, dan juga video Adapto yang bisa menyesuaikan kemampuanmu menerima materi! Ayo, gabung belajar di ruangbelajar, yuk! Referensi S. Sharma. 4 Theoretical Explanations of Morphological Pattern of a City with diagram [Daring] Tautan diakses 1 Desember 2021 Sumber foto Timm Suess, Wikimedia Commons Switzerland, [Daring] tautan diakses 30 November 2021 Artikel ini telah diperbarui oleh Adya Rosyada Yonas pada 2 Desember 2022.
dalam teori konsentris inti kota merupakan zona